KONSEP DASAR: Impulsive dan corrective move (selanjutnya disebut ICM) termasuk kedalam metode analisis price action terutama waves theory (elliott wave .dll) dan analisis trend. Konsep dasar dari ICM adalah ketika harga bergerak dalam trend (bullish/bearish) atau ketika awal perubahan trend selalu diawali dengan pergerakan impulsive kemudian dilanjut pergerakan corrective sehingga dalam sebuah trend harga tidak akan bergerak lurus namun bergerak stagging yaitu pergerakan turun/sideways dalam trend bullish (uptrend) dan sebaliknya, secara psikologi market pergerakan itu disebabkan exhaustion > rest jadi ketika harga telah bergerak impulsive harga akan cenderung melambat hingga konsolidasi karena kelelahan. Nah fase corrective atau konsolidasi ini bisa digunakan sebagai fase re-accumulation untuk mengumpulkan momentum untuk pergerakan impulsive selanjutnya atau malah menjadi fase distribusi yang akan berakhir menjadi trend reversal.
Diatas adalah contoh impulsive > corrective move dalam trend bullish (uptrend) untuk fase bearish (downtrend) berlaku kebalikan, impulsive move terjadi ketika harga swing down dan corrective move saat harga rebound (naik) hingga konsolidasi.
Dalam metode analisis supply demand ICM serupa dengan pola Rally Base Rally (RBR) dan dalam metode analisis chart pattern ICM serupa dengan continuation pattern seperti bullish pennant, falling wedge .dll atau bearish pennant, bearish rising wedge .dll
MENGGUNAKAN IMPULSIVE > CORRECTIVE MOVE DALAM TRADING:
Dalam trading kamu bisa menggunakan impulsive > corrective move untuk memperkirakan kemungkinan terjadinya impulsive/rally/swing selanjutnya, step-nya saya jelaskan dibawah:
STEP 1
Memprediksi impulsive/rally/swing yang pertama itu sulit karena unpredictable jadi disini hanya mencoba memprediksi potensi impulsive/rally/swing yang kedua dan setelahnya. Pertama cari saham yang telah membuat impulsive move dengan cara melihat data top gainers kemudian fokus pada saham yang baru naik secara impulsive untuk yang pertama kali dengan kenaikan minimal 15% hingga ARA (25-35%) selanjutnya masukan watchlist terlebih dahulu untuk memantau apakah saham tersebut melakukan corrective move yang valid atau tidak.
Untuk melihat data top gainers bisa dengan menggunakan tradingview versi PC kemudian pilih menu pasar > saham > pelaba tertinggi atau bisa gunakan platform trading sekuritas masing-masing.
STEP 2
Pertama, perhatikan konfirmasi volume ketika terjadi impulsive move harus diikuti kenaikan volume yang tinggi dibanding volume rata-rata sebelumnya kemudian volume kembali turun ketika corrective move, dengan asumsi saat corrective move big money atau bandar tidak mendistribusikan sahamnya yang telah mereka akumulasi selama impulsive move, untuk memastikan kamu juga bisa melihat data broker summary.
Kedua, perhatikan seberapa jauh penurunan setelah impulsive move terjadi, untuk ini kamu bisa gunakan tool fibonacci retracement atau pakai SNR/SND. Untuk fibonacci retracement pastikan penurunan tidak lebih dari fibo 0.786, umumnya corrective move terjadi pada FR level 0.5, 0.618 dan yang terjauh 0.786 jika melewati FR 0.786 maka formasi impulsive > corrective menjadi tidak valid.
STEP 3
Setelah semua syarat terpenuhi langkah terakhir adalah membuat trading plan, caranya seperti biasa entri pada area konsolidasi, stop loss letakan dibawah lowest level konsolidasi dengan catatan risk masih dikisaran 5% kemudian untuk target profit minimal pada highest level impulsive move yang pertama namun jika breakout tendensinya bisa menjadi formasi bullish continuation atau minimal bisa bergerak swing lebih tinggi.
NOTE:
Sebagai refrensi saya lampirkan beberapa analisis saya sebelumnya yang menggunakan strategi yang serupa.
המידע והפרסומים אינם אמורים להיות, ואינם מהווים, עצות פיננסיות, השקעות, מסחר או סוגים אחרים של עצות או המלצות שסופקו או מאושרים על ידי TradingView. קרא עוד בתנאים וההגבלות.